November 09, 2008

sebatang cokelat pahit

Shit. I left hundred misscall for you... but you even don't care. Coba lagi deh...
Tutt.. Tutt.. Tutt.. Tutt
Lagi-lagi ga diangkat.
Sabar... Sabar... Sekali lagi.
Nah, diangkat! Deg-degan.
"Halo?"
"Lagi dimana?" Gw ngga pake salam. Lupa. Terlalu gugup. Moga-moga ngga kentara.
"Kenapa?" Malah balik tanya sih!
"Sibuk?"
"Ngga terlalu. Kenapa?"
"Ada yang mau gw kasih..."
"Ohh..."
"So?"
"Oh sori. Di depan. Kesini aja kalo mau."
Of course I will. I won't let you think I need to meet. Well, actually I am. Fhiuh..jaga harga diri Bu...

Kamu disana. Memotret. Apa yang kamu bingkai? Perempuan-perempuan cantik yang berkebaya, bergaun, yang jadi pendamping wisuda orang lain? Teman-temanmu? Gebetan baru kamu? Wisudawan?
Aku agak takut mendekat. Takut dengan pandangan teman-temanmu tentangku. We definitely finished. But not yet for me. I wish I couLd be yours. Again. Aku tidak akan memintanya. Harga diri ini sudah kutukar dengan mencarimu kesini. Melihatmu memotret.
Gugup. Sangat. Sudah kutelan ludahku berkali-kali.
"Ehm...hai."
"Oh. Hei..."
"Ada yang mau gw kasih. Oleh-oleh." Kusodorkan padamu. Tangan ini menggantung. Please...
"Hmmm.. Tapi ngga ada tempatnya."
Aku melirik tas pinggang yang kamu kenakan sekarang.
Yes. Kamu sadar pakai tas itu!
Kamu membukanya. Kosong. You get it.
"Dahh..."
"Dah..."

Langit memang tahu suasana hati. Maaf awan, hujanku turun lebih dulu.


*for my best friend : don't cry!*

No comments: