November 09, 2008

kenapa pria bertingkah seperti ini

Teman yang kuceritakan disini adalah seorang pria. Pria bertubuh lengkap (ngga cacat, baik fisik maupun otaknya,hehe)!, berperangai lembut, tapi berubah kepribadiannya kalau sedang bersama teman-temannya yang lain.
Dia punya pacar. Belum sebulan. Kita sebut saja dia Lady. Aku tahu pacarnya ini lewat curhatnya lain waktu. Suatu hari, dia mengeluhkan sesuatu padaku.

"Mha, kok gw kadang kepikiran si Gadis yak?"
Si Gadis yang dimaksud disini adalah seorang mahasiswi yang DULU pernah punya kisah manis di kehidupan temanku ini.

"Maksud lo? Jangan bilang lo inget-inget dia lagi..."
Karena sesuatu hal, temanku tidak bisa menyatakan perasaannya pada si Gadis. We don't need that. World knows the line between them. Sometimes we don't have to say L word. And here they are. Goes separated each other.

"Gw lebih nyaman sama Gadis daripada sama Lady. Gw lebih bisa jadi diri gw sendiri sama dia..."
Shoot. I know what kind of story it was.

"Who are you anyway? A jerky ass? Sorry, but I really have to be honest to you."
Kasar. Memang.
"Terserah mu lo bilang apa. Kayaknya gw emang brengsek."
"Tanpa lo bilang, lo udah ngeliatin diri lo brengsek tau!"
Aku kesal. Berulang-ulang dulu ia katakan padaku, bahwa ia sangat menyayangi pacarnya.

"Kenapa tiba-tina lo jadi begini? Ada sesuatu ya?"
"Tadi Gadis nelpon gw. Udah lama juga yah gw ngga ngobrol kayak gitu sama dia. 80 menit."
You even count the moment you had with her. What a jerk.
"Gw ga bisa kayak gitu kalo sama Lady Mha... Padahal dia cewe gw. Gw lebih jadi diri gw sendiri sama Gadis."
"Then why you didn't tell her before? You might not believe. But I'm truly don't like Gadis. Sorry... I'm not hating her. I just don't like her. Much."
"Lo munafik Boy! Dulu waktu dia masih sendiri, lo ga berani nyatain, dengan alasan dia baru putus... Rasain sekarang! Lo bilang udah ga ada apa-apa lagi sama dia. Sekarang... telen ludah lo sendiri!"
Bebal. Pria hanya memberi alasan. Bukan solusi. TIdak pernah ada solusi di antara mereka berdua. Itu masalahnya.

"Sekarang gimana? Kasian kan cewe lo?! Dia ngga tahu apa-apa tentang Gadis kan? Padahal mereka kenal. Lo ngga pernah bilang kan ke dia?"
"Iyah. Gw ngga bilang... Kok lo tau Mha?"
Because I had a same story, you silly! I wish I could forget. But I couldn't.

"Lo ngga bilang? LO BELUM BILANG. Kenapa gw sebut BELUM BILANG? Karena lo harus ceritain tentang dia sama cewe lo. They definitely know each other. That's why you have to."
Temanku diam.
"Gw bakal nyeritain tentang Gadis. Secepatnya."

Wanita memakai otaknya dengan perasaan. Pria dengan egonya. Gengsinya. Harga diri sebagai seorang keturunan Adam.
Dia berpikir, jika aku melanjutkan hidup, toh tidak akan berpengaruh apa-apa dengan hidupku nanti. Tuhan menunjukkan jalan. Dengan cara-Nya. Dengan pembicaraan dari hati ke hati selama delapan puluh menit melalui jaringan nirkabel.
Temanku mendekati perempuan lain, membuat cerita baru, dan meninggalkan 'jejaknya' di hati perempuan terdahulu. Salah? Tidak juga, karena mereka tidak pernah yakin untuk melanjutkan kisah mereka.

Disinilah temanku berdiri. Gundah. Bingung dengan perasaannya sendiri. Dia tahu dia sayang siapa. Tapi dia tidak sadar, 'menyimpan' kisah yang lain di belahan lain otaknya. Ibarat kotak pandora. Disimpan jauh di sudut yang gelap. Kecil. Hanya nol koma sekian persen. Tapi isinya radioaktif. Suatu saat jika ada trigger yang menyentuhnya, kotak itu dapat meledak kapan saja.

Tidak adil bagi pacar temanku. Dia dibandingkan. Sudah jelas beda. Beda manusia. Beda watak. Beda pola pikir. Beda tingkah laku. Wajar jika ia menuntut padamu sekarang. Menginginkan porsi kasih sayang yang lebih. Totally different with someone you cared about before. She might not believe you anymore. Okay. A lil bit. But you deserve it.
Sejak awal, pondasi hubunganmu sudah salah, Teman...

No comments: